Hanif saat masih berusia 7th |
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan eksistensi, karena itu orang tua harus berperan menjadi tempat curhat yang asyik buat ananda.Suatu pagi saya harus mengantar ananda ke tempat salah satu pelatih sepakbola yang terbilang terkenal di kabupaten kami untuk ikut turnamen sepakbola persahabatan di sebuah kecamatan. Terlihat beberapa anak dengan seragam klub bola kebanggaan berkumpul di sebuah pos ronda tepat di depan rumah sang pelatih. Saya sengaja tidak meninggalkan ananda sebelum saya bertemu dengan sang pelatih untuk menitipkan anak saya. Hampir komplit, 10 anak dari klub bola yang sama sudah berkumpul, hanya menunggu dua orang yang tak kunjung datang sementara sang pelatih juga tak kunjung keluar dari kediamannya. Hanif, anak saya ini kebetulan bukan dari klub ynag sama, ananda diminta untuk menjadi pemain 'cabutan' karena kekosongan posisi penyerang di klub tersebut dan ananda yang terpilih untuk masuk ke klub tersebut. Dari awal kami datang, saya amati tak ada satupun anak yang saya kenal karen memang anak saya satu-satunya yang berasal dari klub dan sekolah yang berbeda dari teman-temannya. Sejak kami duduk di pos ronda itu, saya amati Hanif pun nampak tidak tertarik dengan anak-anak yang bergerombol di sekitar anak yang sedang sibuk memainkan game dari gawai yang dicengkeramnya disertai dengan desis suara yang mirip umpatan. Saya tak berhenti mengamatinya, sambil melirik ke arah Hanif saya kemudian berseloroh,
"Kamu ndak gabung sama teman-temanmukah, Mas?"
"Nggak!" jawabnya singkat.
Saya yang merasa khawatir karena nanti mereka akan jadi satu tim dalam turnamen, minimal apa ya ikut bergabung sebagai upaya membangun chemistry gitu kek. Tapi di luar prediksi saya. Saat anak yang memegang gawai tadi berdiri dan menghitung jumlah anak-anak yang hadir, ia kemudian mengomando teman-teman yang lain untuk sejenak main ke arah sungai yang letaknya tak jauh dari rumah sang pelatih. Saya masih belum berhenti mengamati gerak-geriknya. Sembari saya menyikut lengan Hanif dan berkata, "Kamu ndak ikut ke sungai ta, Mas?
Jujur ini adalah pertanyaan tulus saya karena khawatir mungkin dia merasa nggak bebas karena ada saya makanya dia nggak mau ikutan teman-temannya. Tapi lagi-lagi saya takjub dengan jawaban sok dewasanya,
"Nggak, emang apa manfaatnya ke sungai. Lagian aku juga nggak nyambung sama mereka, ndak sepemikiran".
Bunda sholihah, mungkin dialog itu terdengar biasa tetapi dari sini saya bisa mencatat sebuah pembelajaran buat ananda bahwa teman yang nyaman akan membuatnya juga nyaman apalagi yang sepemikiran. Nah, dalam tulisan sebelumnya saya sempat menyinggung tentang keteladanan dan tempat curhat yang nyaman. Serta menjawab kegalauan saya kenapa saya bisa menjadi idola siswa siswi saya sementara di mata anak saya, saya belum menjadi sosok idolanya. Protes-protes kecil seringkali mampir.
"Bunda itu suka dicurhati banyak orang. Hanif nggak mau kalau nanti kayak Bunda jadinya waktu buat anaknya nggak ada".
Makjleb banget kan?
Dari sini kemudian saya bertekad untuk terus belajar menjadi teman yang paling nyaman untuk diajak curhat oleh ananda sambil pelan-pelan memahamkan tentang peran sosial saya, tentu saja tanpa kekuatan doa semua akan mustahil. Bismillah, semoga saya bisa.
Hanif saat berusia 5tahun |
Oh iya bunda sholihah, ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar anak nyaman curhat dengan orang tua yang juga saya dapatkan dati beberapa referensi yang pernah saya baca, semoga kita bisa mempraktekkannya bersama ya.
- Beradaptasi
Biarkan ananda 'klik' dan nyaman berteman dengan bunda.
- Cari tahu yang yang dia sukai
Supaya lebih 'nyambung', kita harus tahu kesukaan dan hobi mereka, atau hal-hal yang diminati oleh anak remaja kita.Pengetahuan kita tentang seputar hal yang diminatinya akan membantu kita menghubungkan dengan hatinya. Coba deh praktekkan, dengan memberikan hadiah sesuai dengan yang disukainya.
- Dengarkan dengan seksama, jangan menyela
Inilah penyebab kenapa akhirnya ananda seringkali tidak mau terbuka dengan kita orang tua terutama bunda ya, karena kecenderungan 'menyalahkan' anak atas apa yang dia perbuat sebelum mendengar mereka dengan seksama.
Mulai sekarang, cobalah menekan ego untuk tidak berkomentar dulu atas segala celoteh ananda sebelum mereka selesai bercerita pun dengarkan dengan seksama dengan melibatkan keseluruhan pancaindera kita.Seperti tatapan mata, anggukan, deheman, tepukan, elusan, bahkan bisa jadi pelukan mesra.
- Beri solusi sampai tuntas
Apakah mereka hanya ingin didengarkan, ataukah meminta bantuan. Setelah mendengarkan curhat mereka beri masukan dan bersamai mereka dalam menghadapi permasalahannya.Selanjtunya, amati sejauh mana mereka mampu menghadapi masalah mereka.
- Tegas bukan berarti memarahi
Tegas adalah tindakan yang dilandasi akal yang jernih dan kasih sayang.Hal ini tentu berkebalikan dengan tindakan yang didasari amarah. Orang yang dikuasai amarah cenderung kehilangan kontrol terhadap seleksi kata-kata mereka. nada bisara orang yang marah cenderung tinggi dan mengandung unsur bentakan.
Lise Gliot mengungkapkan, anak-anak dalam usia emas (2-3tahun) tengan mengalami puncak perkembangan otak. Delapan puluh persen perkembangan otak manusia terjadi di usia ini. Suara keras dan bentakan orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sebaliknya, jika ibu membelai saat menyusui amaka rangkaian otak kanan terbentuk dengan sangat indah.
Penelitian Gliot mengungkap pengaruh bentakan dan suara keras terhadap fungsi otak, jantung hati dan organ lainnya. Dan ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa juga akan mengalami hal serupa.
Dalam mendidik anak remaja kita, hendaknya para bunda memiliki ketegasan untuk mendisiplinkan mereka agar mereka tidak terjerumus pada perbuatan buruk. Misalnya untuk anak remaja putra kita tegas untuk memerintahkan mereka mengerjakan sholat 5 waktu di masjid, menjaga batas-batas aurat, dll. Sementara, untuk anak remaja putri kitaa harus tegas memerintahkan kepada mereka untuk mengenakan jilbab dan menutup aurat dengan baik dan benar.
- Jangan mengekang mereka
Dari sini akhirnya membuat orang tua lebih protektif terhadap anak dengan membuat aturan-aturan sepihak yang membuat anak terkekang.
Alangkah lebih bijak sebagai orang tua kita memberi pengertian pada anak dengan mengajak mereka berdiskusi dua arah dari hati ke hati.Dengan demikian, orang tua orang tua dapat membuat aturan dan batas-batas pergaulan yang disepakati bersama dengan anak, karena keputusan yang dibuat bersama tidak akan membuat anak terkekang.
- Bantu menyelesaikan masalahnya
Imam Asy Syahid Hasan Al Banna dalam kehidupan pribadinya sebagai seorang ayah, sangat perhatian pada anaknya. Kendati beliau sibuk dengan aktifitas di luar rumah sebagai seorang aktifis dan pendakwah, ketika pulang larut malam, beliau tidak pernah melewatkan kesempatan untuk membetulkan selimut anaknya yang sudah terlelap. Hal kecil yang tampak remeh, namun berarti dalam rangka membangun kedekatan hati orang tua dan anak. Cintai anak-anak kita dengan ketegasan berbalut kelembutan. Seperti sabda Rasulullah SAW,
Sesungguhnya Allah itu maha lembut dan mencintai kelembutan dan Dia memberikan kelembutan yang tidak diberikanNya kepada kekerasan. (HR. Muslim)
Selesai
Lumajang, 11 Ramadhan 1441H masih dalam suasana berduka...
Sumber referensi:
1. Buku Ayah Bunda Dampingi Aku Menuju Remaja, penukis Wilda Az Zahida
2. Sketsa Cinta Bunda, penulis Bunda Sinta Yudisia
3. Menuntun Buah Hati Menuju Surga, penulis Jamal Abdul Hadi, Ali Ahmad, dan Samiyah Ali Laban
#inspirasiramadhan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-4
How to make money from betting on football - Work Tomake Money
BalasHapusIf you're 토토사이트 having problems finding หาเงินออนไลน์ a winning https://tricktactoe.com/ bet online for the day of your choosing, then there are plenty of opportunities available septcasino.com right here.