Ramadhan Spesial Bersama Buah Hati (Bagian 2)



Hanif saat masih berusia 7th


Masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan eksistensi, karena itu orang tua harus berperan menjadi tempat curhat yang asyik buat ananda.
 Suatu pagi saya harus mengantar ananda ke tempat salah satu pelatih sepakbola yang terbilang terkenal di kabupaten kami untuk ikut turnamen sepakbola persahabatan di sebuah kecamatan. Terlihat beberapa anak dengan seragam klub bola kebanggaan berkumpul di sebuah pos ronda tepat di depan rumah sang pelatih. Saya sengaja tidak meninggalkan ananda sebelum saya bertemu dengan sang pelatih untuk menitipkan anak saya. Hampir komplit, 10 anak dari klub bola yang sama sudah berkumpul, hanya menunggu dua orang yang tak kunjung datang sementara sang pelatih juga tak kunjung keluar dari kediamannya. Hanif, anak saya ini kebetulan bukan dari klub ynag sama, ananda diminta untuk menjadi pemain 'cabutan' karena kekosongan posisi penyerang di klub tersebut dan ananda yang terpilih untuk masuk ke klub tersebut. Dari awal kami datang, saya amati tak ada satupun anak yang saya kenal karen memang anak saya satu-satunya yang berasal dari klub dan sekolah yang berbeda dari teman-temannya. Sejak kami duduk di pos ronda itu, saya amati Hanif pun nampak tidak tertarik dengan anak-anak yang bergerombol di sekitar anak yang sedang sibuk memainkan game dari gawai yang dicengkeramnya disertai dengan desis suara yang mirip umpatan. Saya tak berhenti mengamatinya, sambil melirik ke arah Hanif saya kemudian berseloroh,
"Kamu ndak gabung sama teman-temanmukah, Mas?"
"Nggak!" jawabnya singkat.
Saya yang merasa khawatir karena nanti mereka akan jadi satu tim dalam turnamen, minimal apa ya ikut bergabung sebagai upaya membangun chemistry gitu kek. Tapi di luar prediksi saya. Saat anak yang memegang gawai tadi berdiri dan menghitung jumlah anak-anak yang hadir, ia kemudian mengomando teman-teman yang lain untuk sejenak main ke arah sungai yang letaknya tak jauh dari rumah sang pelatih. Saya masih belum berhenti mengamati gerak-geriknya. Sembari saya menyikut lengan Hanif dan berkata, "Kamu ndak ikut ke sungai ta, Mas?
Jujur ini adalah pertanyaan tulus saya karena khawatir mungkin dia merasa nggak bebas karena ada saya makanya dia nggak mau ikutan teman-temannya. Tapi lagi-lagi saya takjub dengan jawaban sok dewasanya,
"Nggak, emang apa manfaatnya ke sungai. Lagian aku juga nggak nyambung sama mereka, ndak sepemikiran".

Bunda sholihah, mungkin dialog itu terdengar biasa tetapi dari sini saya bisa mencatat sebuah pembelajaran buat ananda bahwa teman yang nyaman akan membuatnya juga nyaman apalagi yang sepemikiran. Nah, dalam tulisan sebelumnya saya sempat menyinggung tentang keteladanan dan tempat curhat yang nyaman. Serta menjawab kegalauan saya kenapa saya bisa menjadi idola siswa siswi saya sementara di mata anak saya, saya belum menjadi sosok idolanya. Protes-protes kecil seringkali mampir.
"Bunda itu suka dicurhati banyak orang. Hanif nggak mau kalau nanti kayak Bunda jadinya waktu buat anaknya nggak ada".
Makjleb banget kan?
Dari sini kemudian saya bertekad untuk terus belajar menjadi teman yang paling nyaman untuk diajak curhat oleh ananda sambil pelan-pelan memahamkan tentang peran sosial saya, tentu saja tanpa kekuatan doa semua akan mustahil. Bismillah, semoga saya bisa.

Hanif saat berusia 5tahun


Oh iya bunda sholihah, ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar anak nyaman curhat dengan orang tua yang juga saya dapatkan dati beberapa referensi yang pernah saya baca, semoga kita bisa mempraktekkannya bersama ya.
  • Beradaptasi
Bunda sholihah, coba mengertilah bahwa di masa-masa ini ananda sedang dalam proses pencarian jati diri, rasa ingin tahu yang tinggi disertai dengan gejolak yang berapi-api serta tak jarang kadang disertai dengan emosi khas. Sebagai bunda, hendaknya kita memiliki peran untuk tak sekedar menurunkan tensi tetapi ini adalah saat yang tepat untuk mendekat pada mereka.
Biarkan ananda 'klik' dan nyaman berteman dengan bunda. 
  • Cari tahu yang yang dia sukai 
Supaya lebih 'nyambung', kita harus tahu kesukaan dan hobi mereka, atau hal-hal yang diminati oleh anak remaja kita. 
Pengetahuan kita tentang seputar hal yang diminatinya akan membantu kita menghubungkan dengan hatinya. Coba deh praktekkan, dengan memberikan hadiah sesuai dengan yang disukainya. 
  • Dengarkan dengan seksama, jangan menyela
Bunda sholiha, jujur deh bagi kita seorang bunda kadang jarang sekali kan mendengarkan cerita anak kita dengan seksama bahkan hingga ananda selesai bercerita. Sebaliknya, seringkali kita menyela ceritanya dan menyambungnya dengan nasehat yang bahkan lebih panjang dari cerita ananda.
Inilah penyebab kenapa akhirnya ananda seringkali tidak mau terbuka dengan kita orang tua terutama bunda ya, karena kecenderungan 'menyalahkan' anak atas apa yang dia perbuat sebelum mendengar mereka dengan seksama.
Mulai sekarang, cobalah menekan ego untuk tidak berkomentar dulu atas segala celoteh ananda sebelum mereka selesai bercerita pun dengarkan dengan seksama dengan melibatkan keseluruhan pancaindera kita. 
Seperti tatapan mata, anggukan, deheman, tepukan, elusan, bahkan bisa jadi pelukan mesra.
  • Beri solusi sampai tuntas
 Sebagai seorang bunda, hendaknya kita cermat dalam mengamati harapan anak kita kala mereka curhat kepada kita.
Apakah mereka hanya ingin didengarkan, ataukah meminta bantuan. Setelah mendengarkan curhat mereka beri masukan dan bersamai mereka dalam menghadapi permasalahannya. 
Selanjtunya, amati sejauh mana mereka mampu menghadapi masalah mereka.
  • Tegas bukan berarti memarahi 
 Bersikap tegas kepada anak sangat dibutuhkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Akan tetapi, perlu dicatat: tegas bukan berarti memarahi.
 Tegas adalah tindakan yang dilandasi akal yang jernih dan kasih sayang.
Hal ini tentu berkebalikan dengan tindakan yang didasari amarah. Orang yang dikuasai amarah cenderung kehilangan kontrol terhadap seleksi kata-kata mereka. nada bisara orang yang marah cenderung tinggi dan mengandung unsur bentakan.
Lise Gliot mengungkapkan, anak-anak dalam usia emas (2-3tahun) tengan mengalami puncak perkembangan otak.  Delapan puluh persen perkembangan otak manusia terjadi di usia ini. Suara keras dan bentakan orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sebaliknya, jika ibu membelai saat menyusui  amaka rangkaian otak kanan terbentuk dengan sangat indah.
Penelitian Gliot mengungkap pengaruh bentakan dan suara keras terhadap fungsi otak, jantung hati dan organ lainnya. Dan ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa juga akan mengalami hal serupa.
Dalam mendidik anak remaja kita, hendaknya para bunda memiliki ketegasan untuk mendisiplinkan mereka agar mereka tidak terjerumus pada perbuatan buruk. Misalnya untuk anak remaja putra kita tegas untuk memerintahkan mereka mengerjakan sholat 5 waktu di masjid, menjaga batas-batas aurat, dll. Sementara, untuk anak remaja putri kitaa harus tegas memerintahkan kepada mereka untuk mengenakan jilbab dan menutup aurat dengan baik dan benar.

  • Jangan mengekang mereka
 Fenomena keakalan anak zaman now sangat berbeda dengan kenalakan remaja di zaman kita para oranag tua. Dahulu, informasi masih sangat terbatas hingga kenalakan-kenalakan seperti bolos sekolah, mencuri mangga tetangga dan bermain sampai lupa waktu adalah deretan dari jenis kenalan di zaman old. Sangat kontras dengan pemandangan yang disuguhkan dengan makin banjirnya informasi ke hadapan anak-anak remaja kita yang bebas mengakses tanpa batas dalam layar kaca bernama gawai, hingga perilaku seperti penyimpangan seksual, tawuran, narkoba, bahkan aborsi menimbulkan kecemasan tersendiri bagi kita orang tua, apalagi bagi seorang singlemom. 
 Dari sini akhirnya membuat orang tua lebih protektif terhadap anak dengan membuat aturan-aturan sepihak yang membuat anak terkekang.
Alangkah lebih bijak sebagai orang tua kita memberi pengertian pada anak dengan mengajak mereka berdiskusi dua arah dari hati ke hati.
Dengan demikian, orang tua orang tua dapat membuat aturan dan batas-batas pergaulan yang disepakati bersama dengan anak, karena keputusan yang dibuat bersama tidak akan membuat anak terkekang. 
  • Bantu menyelesaikan masalahnya
 Beberapa orang tua yang sudah berpengalaman mendampingi masa remaja ananda akan mengatakan, 'ngeri-ngeri sedap'. Karena permasalah yang terjadi pada mereka sejatinya terjadi di masa pencarian jati diri. Pendampingan orang tua adalah hal yang sangat mereka butuhkan. Jangan ragu untuk membantu menyelesaikan masalah mereka, sebab orang tua seharusnya menjadi pihak pertama yang dipercaya anak.
Imam Asy Syahid Hasan Al Banna dalam kehidupan pribadinya sebagai seorang ayah, sangat perhatian pada anaknya. Kendati beliau sibuk dengan aktifitas di luar rumah sebagai seorang aktifis dan pendakwah, ketika pulang larut malam, beliau tidak pernah melewatkan kesempatan untuk membetulkan selimut anaknya yang sudah terlelap. Hal kecil yang tampak remeh, namun berarti dalam rangka membangun kedekatan hati orang tua dan anak. Cintai anak-anak kita dengan ketegasan berbalut kelembutan. Seperti sabda Rasulullah SAW,

    Sesungguhnya Allah itu maha lembut dan mencintai kelembutan dan Dia memberikan kelembutan yang tidak diberikanNya kepada kekerasan. (HR. Muslim) 

    Selesai

    Wallahu a'lam bishowab...

    Lumajang, 11 Ramadhan 1441H masih dalam suasana berduka...

    Sumber referensi: 
    1. Buku Ayah Bunda Dampingi Aku Menuju Remaja, penukis Wilda Az Zahida
    2. Sketsa Cinta Bunda, penulis Bunda Sinta Yudisia 
    3. Menuntun Buah Hati Menuju Surga, penulis Jamal Abdul Hadi, Ali Ahmad, dan Samiyah Ali Laban

    #inspirasiramadhan
    #dirumahaja
    #flpsurabaya
    #BERSEMADI_HARIKE-4

    1 komentar:

    1. How to make money from betting on football - Work Tomake Money
      If you're 토토사이트 having problems finding หาเงินออนไลน์ a winning https://tricktactoe.com/ bet online for the day of your choosing, then there are plenty of opportunities available septcasino.com right here.

      BalasHapus

    Total Tayangan Blog


    Jejak Karya

    Jejak Karya
    Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu adalah buku single pertama saya, yang terbit pada tanggal 25 April 2017 tahun lalu. Buku ini diterbitkan oleh QIBLA (imprint BIP Gramedia). Buku ini adalah buku inspiratif dari pengalaman pribadi dan sehari-hari penulis yang dikemas dengan bahasa ringan tapi syarat hikmah. Ramuan susu dan kopi cinta dari hati penulis ini menambah poin plus buku ini sangat layak dibaca bahkan dimiliki.

    Bagian Dari

    Blogger templates

    Blogroll

    Formulir Kontak

    Nama

    Email *

    Pesan *