1. Definisi Cinta
Bicara tentang cinta tak akan ada habisnya. Diskusi bertema cintapun tak pernah ada habisnya. Padahal jika kita mau mencari definisi diantara sekian banyak definisi maka sifatnya adalah relatif seperti analogi sifat air yang tergantung dengan mediumya.
Akan tetapi berbeda jika kita menggunakan definisi cinta ala Chu Fat Kai salah satu tokoh yang berperan menjadi siluman babi dalam serial kera sakti yang pernah hits di zaman itu dengan quotes andalanya:
“Beginilah cinta deritanya tiada pernah berakhir”
Tapi kali ini kita akan membahas definisi cinta itu sesuai dengan pedoman hidup kita yang terdapat di dalam Al Quran.
Saya sengaja memberi judul “Cinta yang Terlockdown” bukan tanpa sebab, karena jika dianalogikan cinta itu seumpama sebuah virus, seperti virus covid-19 yang lagi hits saat ini tentu saja kita perlu deteksi dini untuk mendiagnosa apakah virus cinta itu sudah menguasai diri kita hingga kemudian perlu tindakan lockdown atau bahkan karantina.
2. Jenis-jenis Cinta
Baik, sebelum kita mampu mendiagnosa terkait virus cinta itu, mari kita sama-sama mencari tahu tentang jenis-jenis cinta itu sendiri.
- Cinta kepada Allah (Mahabbatullah)
Cinta kepada Allah ini akan memberikan energi yang tak pernah ada habisnya.
- Cinta kepada selain Allah
Sementara realitanya saat ini, ketika kita dihadapkan pada kenyataan. Banyak di antara kita yang kadang “tidak sadar” telah berlaku syirik.
Misal nih ya, panggilan si dia (entah orang yang dicintai, gawai kita, segala bentuk sosial media kita) lebih diutamakan/didengar daripada panggilan adzan. Astaghfirullah...hayo ngaku!
Kita tentu sudah menyadari bahwa diri kita akan jauh dari Allah SWT manakala keimanan kita sedang turun. Secara, iman itu kan bisa naik dan bisa turun, tergantung bagaimana kita menjaganya. Maka dari itu, ketika sedang dalam keadaan syirik tak sadar tersebut, hendaknya kita segera bertaubat. Biar tambah mantap, ucap syahadat lagi deh, supaya syahadat yang tadinya kendor karena maksiat bisa jadi kokoh kembali. Karena bagaimana pun, bukti cinta salah satunya adalah dengan ikrar. Maka syahadat dapat diartikan sebagai bukti cinta kita padaNya.
Lantas apa hubungannya antara iman dengan cinta? Ini erat kaitannya dengan orientasi hidup. Allah SWT menciptakan manusia itu untuk beribadah. Jadi sudah sepatutnya apa yang kita lakukan dalam hidup ini diniatkan semata untuk menggapai ridha Allah SWT, sehingga bernilai ibadah dan mendapat pahala. Coba bayangkan, bagaimana mungkin kita tulus beribadah pada Allah SWT bila tanpa cinta kepadaNya?
Orang yang cinta kepada Allah SWT, jelas akan mendapat kebahagiaan sejati. Hemat kata, meski miskin dunia, yang penting kaya cinta kepadaNya. Tapi orang yang lebih mengutamakan cinta kepada selainNya, maka akan hanya mendapatkan kebahagiaan semu, lantaran sumber kebahagiaannya adalah dunia. Apabila kenikmatan dunia hilang darinya, maka ia tak lagi bahagia.
3. Tanda-tanda Cinta
Meski definisi tentang cinta itu relatif, kemudian kita mengetahui tentang jenis-jenis cinta di atas. Selanjutnya tak sulit mengenali tanda-tanda cinta terutama bagi kita yang pernah mengalaminya.
Karenanya, yuk kita kenalan dengan tanda-tanda cinta yang setelah saya rangkum dari berbagi sumber ada 7 tanda-tanda cinta, diantaranya:
- Dzikir (Ingat)
- I’jab (Mengagumi)
Bahkan dalam lagu-lagu zaman sekarang, nada syiriknya semakin terasa: “Ku mencintaimu, lebih dari apa pun…” atau “kau begitu sempurna. Di mataku kau begitu indah.” Padahal kalau diganti niatnya untuk Allah SWT, lagu-lagu itu bisa jadi pahala loh! “Ku mencintaiMu, lebih dari apa pun” atau “Kau begitu sempurna. Di mataku Kau begitu indah.”
- Ridha (Rela)
- Tadhiyah (Pengorbanan)
- Khauf (Takut)
- Roja’ (Harap)
- Tha’at (Taat atau patuh)
Sementara di sisi lain, kita mengaku orang beriman yang cinta kepada Allah SWT. Lantas sudahkah kita membuktikan cinta kita padaNya dengan kepatuhan dan ketakwaan?
Nah, udah bener belum orientasi kita pada ketujuh tanda-tanda cinta ini? Kalau belum, yuk latihan dan sungguh-sungguh mencintaiNya. Karena cinta itu membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.
Nah, setelah tahu tentang tanda-tanda cinta tersebut, biasanya akan muncul pertanyaan, “Sudah benarkah orientasi kita kepada ketujuh tanda-tanda cinta tersebut?” Silakan jawab dalam hati masing-masing ya.
Kalau belum, yuk sama-sama latihan dan sungguh-sungguh mencintaiNya, karena cinta itu membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa”.
4. Menata Hati dengan Niatan yang Benar
Kalau sebelumnya, tadi kita membahas bahwa cinta yang paling asasi dan hakiki adalah cinta kepada Allah SWT. Gak boleh deh tuh yang melebihi dari itu. Trus, apakah kita gak boleh cinta sama sekali dengan selainNya? Jawabannya boleh. Tapi tetap ada tingkatan dan skala prioritasnya. Jangan sampai tingkatan itu terbalik, apalagi salah menempatkan posisi pertama.
1. Cinta kepada Allah SWT
2. Cinta kepada Rasulullah SAW
3. Cinta kepada mukminin
4. Cinta kepada muslimin
5. Cinta kepada manusia
6. Cinta kepada materi/dunia
Nah, jadi jelas kita boleh mencintai orang tua, istri, anak, harta, dan lainnya, asal tidak melebihi, apalagi menjauhkan diri kita dari Allah SWT. Satu hal yang penting untuk diingat, cinta itu harus diikuti dengan tanggung jawab. Jangan bilang cinta bila belum siap bertanggung jawab. Maka, fenomena pacaran adalah bukti kongkret cinta (sesaat) yang tidak diikuti tanggung jawab. Kenapa? Karena sebagai seorang Muslim, tanggung jawab cinta kepada orang yang bukan muhrim adalah dengan menikah, bukan dengan pacaran.
Nah, sudah makin jelas kan? So, kuy cintamu terdiognosa masuk kategori virus cinta yang harus di lockdown atau nggak itu kembali lagi ke dirimu sendiri. Jawab dalam hati sendiri-sendiri ya!
5. Kesempurnaan Cinta
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2: 165)
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. 9: 24)
Wallahu a’lam bishowab
Bumi Mahameru, 10 Ramadhan 1441H
Disampaikan dalam Safari Ramadhan di WAG FLP Pamekasan
Sumber referensi:
1. Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnul Qayyim Al Jauziyah
2. Kitab Cinta dan Patah Hati, Sinta Yudisia
Sumber gambar: pinterest
0 komentar:
Posting Komentar