Haji itu Dimulai dari Niat


Alhamdulillah, sementara buku saya dulu yang mendarat di Baitullah. In sya Allah tahun ini menyusul penulisnya. Aamiin...

"Haji itu dimulai dari niat, yakinlah Allah akan memampukan."
ini adalah quotes yang sedang masif dikampanyekan oleh BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji) saat ini.

Dari quotes ini rindu saya akan singgah ke baitullah di sepuluh hari terakhir Ramadhan seolah menggelora. Berkali-kali mendapatkan bunga tidur seolah sedang berada di sekeliling ka'bah. Allahu rabbi...akankah mimpi ini berubah menjadi sebuah kenyataan? Sementara di antara keyakinan yang mendalam juga terbayang pesimisme kuota haji di negara ini yang bahkan harus menunggu puluhan tahun baru bisa diberangkatkan? Tinggal menambahkan saja dengan usia kita sekarang. Bisa-bisa saya berangkat haji di usia menjelang 60 tahun. Sementara kita tak tahu usia kita akan game over sampai kapan? tapi semua itu tak ada jaminan. Mudah bagi Allah kapan saja memberangkatkan hambanya yang memang benar-benar rindu berjumpa denganNya. Bersyukur jika ternyata Allah yang maha kaya menakdirkan untuk berangkat haji tahun depan via biro travel yang berarti ada embel-embel plus. Aamiin...paling kenceng mumpung di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Hehehehe...

Suatu hari salah seorang teman pernah mengusik nurani saya membuat saya merenung lama. Ia katakan bahwa kenapa ibadah haji itu masuk rukun Islam yang kelima bahkan ditambahkan dengan kata mampu dalam redaksi aslinya. Konsep yang saya pahami selama mengenyam pendidikan dari seklah dasar hingga menengah juga sama. Menunaikan ibadah haji bila mampu, artinya mampu di sini adalah mampu secara finansial untuk melaksanakan ibadah haji termasuk mampu menghidupi keluarga yang ditinggalkan. Sementara tak jarang ketika menunggu mampu, fisik kita tak lagi mampu. Padahal ibadah haji ini kan termasuk di antara ibadah yang membutuhkan fisik yang prima.

Dari sini akhirnya saya mencoba untuk bertanya dan berdiskusi dengan seorang ustadz pun beberapa teman. Termasuk suatu hari saya pernah saya dengan naif bertanya kepada seorang teman saat seorang pasangan ustadz dan ustadzah berangkat ke baitullah sementara yang saya tahu keduanya tidak memiliki pekerjaan tetap pun jauh dari kata 'mampu' yang terlihat secara materi berkecukupan tetapi toh akhirnya beliau berdua bisa berangkat ke baitullah. Ah, saat itu rasa penasaran saya membukit, tetapi hanya senyum kecil yang diberikan oleh teman saya yang diam-diam saya cecar dengan pertanyaan ini. Mengingatknya kembali,saya jadi malu sendiri.

Ada lagi sebuah kisah yang sampai hari ini terus saya simpan dalam lemari memori. Ada sebuah keluarga yang sangat kaya raya dan kebetulan keluarga ini konon kekayaannya didapat tersebab warisan dari orang tuanya yang saat itu seorang pengusaha kecap ternama di Lumajang. Sebenarnya orang tua ini tidak memiliki keturunan. Akan tetapi, ia memiliki sahabat yang diamanahi banyak anak oleh Allah tetapi soal harta ia tak seberuntung sahabatnya itu. Hingga salah satu putra bungsunya ia berikan kepada pengusaha kaya ini. Mereka hidup bahagia dengan hadirnya anak lelaki persembahan dari sahabatnya yang papa ini. Sampai akhirnya, kebahagian itu tidak bertahan lama karena sang istri jatuh sakit dan meninggal dunia. Berselang tahun, sang pengusaha ini kemudian menikah lagi dengan seorang janda dengan membawa tiga orang anak yang semuanya laki-laki. Merasa ayah angkatnya memiliki keluarga baru, sang anak yang diadopsi ini kembali pulang ke rumah orang tua asalnya. Hingga saat ajal menjemput sang ayah angkat ia hanya bisa terpaku menyesali keputusannya saat itu. Tetapi nasi telah menjadi bubur, apalah daya ia pun bersama keluarg kecilnya juga hidup dalam kesederhanaan. Sampai seorang saudaranya mengatakan bahwa seharusnya yang paling berhak mendapatkan harta kekayaan itu adalah dirinya bukan tiga anak dari istrinya. Dasar lelaki itu sejak kecil didik untuk selalu nrimo ing pandhum oleh kedua orang tuanya, ia pasrah dengan takdir selain ia tak punya ambisi untuk menuntut secara hukum. Hanya ia membatin dalam diam, bahwa Allah maha adil, kelak biarlah Allah yang akan memberikan keadilannya.
Hingga kemudian anak-anak mereka terdengar akan menunaikan ibadah haji. Tak sedikitpun dendam terpatri, bahkan ia turut berdoa agar ibadah haji saudara-saudara angkatnya itu diberkahi dan dikaruniakan menjadi haji mabrur sepulangnya nanti. Tapi tahun berbilang tahun, tersiar kabar bahwa mereka sekeluarga gagal menuaikan haji hingga ajal menjemput satu persatunya tak jua Allah berangkatkan.

Kisah megharu biru dalam novel Buya Hamka Di Bawah Naungan Ka'bah juga tak kalah menarik untuk diambil hikmahnya. Di masa itu, bahkan nyawa menjadi taruhannya saat seorang hamba hendak menjalankan ibada haji. Hidup atau mati demi perjumpaan dengan rabb terkasih.

Saudariku...
Rangkaian kisah demi kisah di atas adalah bumbu, agar kita sebagai hamba pandai mengambil hikmah semesta atas ayat-ayat kauniyahnya yang terhampar dari lembaran kisah itu.

Benar adanya jika berhaji itu bila mampu
Tetapi Allah akan memanggil yang memang rindu
Karena itu, mulailah berniat haji sejak dini
Agar kelak bisa menapaktilasi sejarah para nabi
Dalam perjamuan ibadah haji

Sayup terdengar lirik lagu opick memenuhi gendang telinga bersama rintik syahdu hujan di malam Ramadhan ke-26

Labbaikallahumma labbaik...
Labbaikkalaa syarikalaka labbaik...
Innal hamda wanikmatallah...
Laka walmuk laa syarikalak...

Duhai Allah kami
Kami datang
Memenuhi panggilanMu
Tiadalah sekutu untukMu
Segala puji dan Kuasa untukMu

Wallahu a'alam bishowab...

Lumajang yang basah, 25 Ramadhan 1441H


#inspirasiramadhan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-18



0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Blog


Jejak Karya

Jejak Karya
Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu adalah buku single pertama saya, yang terbit pada tanggal 25 April 2017 tahun lalu. Buku ini diterbitkan oleh QIBLA (imprint BIP Gramedia). Buku ini adalah buku inspiratif dari pengalaman pribadi dan sehari-hari penulis yang dikemas dengan bahasa ringan tapi syarat hikmah. Ramuan susu dan kopi cinta dari hati penulis ini menambah poin plus buku ini sangat layak dibaca bahkan dimiliki.

Bagian Dari

Blogger templates

Blogroll

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *