Menunggu. Siapa
pun orangnya pasti tak akan suka. Pun saya, tak seberapa bersahabat
dengan kata itu, apalagi untuk sekedar mengejanya kembali. Yang terngiang dan
terkenang di benak adalah hal yang sungguh sangat membosankan dari kosa kata
menunggu ini. Iya apa iya, hayo? Ngaku!
“Menunggu adalah
pekerjaan paling membosankan sedunia”, celetuk dara macan (manis cantik) nan
sholihah yang lumayan lama saya kenal dalam forum pengajian pekanan.
“Apalagi yang
ditunggu tak kunjung datang ya, Dik?”, pungkas saya berdiplomasi ala emak-emak
dengan segenap ‘kode’ yang akan menjadi topik menarik berkelanjutan untuk
dibahas kemudian.
“Hehehehe...”,
balasnya dengan senyum mengembang seolah paham dengan pertanyaan saya yang
beraroma ‘kode keras’ kepadanya.
Bicara soal tema
menunggu di kalangan para josifah (jomblo fi sabilillah) memang selalu saja
arahnya ke soal jodoh yang tak kunjung datang setelah lamanya penantian. Hemm,
dari sinilah kemudian saya tertarik untuk menuangkannya ke dalam sebuah
tulisan.
***
Beberapa waktu
yang lalu, jauh sebelum corona melanda di momen gelaran even organisasi kepenulisan saya bertemu seorang ‘mantan’
jofisah yang belum lama menggenapkan separuh agamanya. Masih fresh from the oven belum sebulan ianya
melangsungkan pernikahan. Ada kisah yang menarik dari proses yang ia jalani
sampai akhirnya berlabuh dalam bahtera pernikahan bersama sang suami sekarang.
“Ini adalah
proses yang kedelapan belas kalinya, Bund!”, dengan penuh semangat ia
menceritakan pengalamannya pada saya tentang prosesnya menuju halal yang
mencapai belasan kali. Menakjubkan!
“Masya Allah?
Serius, Dik? Delapan belas kali?”, tanya saya kepadanya dengan mata membulat
dan mulut enggan terkatup didera rasa takjub beririsan dengan penasaran yang
membuncah.
“Seriuslah, Bund!
Suami saya saja ndak percaya apalagi
bunda.” Celotehnya ditingkahi dengan wajah polos dan lugunya yang membuat rasa
penasaran saya semakin tak tertahankan.
“Coba Dik
sampeyan ceritakan itu dari yang pertama sampai yang ketujuh belas apa yang
menyebabkan ‘gagal’?”, pertanyaan saya semakin menyelidik.
“Yah...banyaklah
Bund, namanya juga belum jodoh kali ya. Dari mulai tak ada kejelasan pasca
tukar biodata sampai hal-hal lain (bab ini tak ia ceritakan dengan detail)
semua pernah. Bahkan pernah dapat biodata saudara kembar lho. Awalnya dapat
biodata adiknya, eh setelah tak ada kabar selang beberapa waktu dapat juga biodata
kakaknya”, paparnya dengan tawa yang kemudian meledak.
Indahnya Penantian
Tangisnya pecah.
Antara harapan dan kenyataan, ianya dihimpit oleh kenyataan yang tak seidealis
harapan yang pernah ia langitkan tinggi-tinggi dalam doa yang terpanjatkan.
Kali ini yang
hadir berkebalikan. Satu mapan secara materi, satu lagi terlihat mapan di tingkat
kesholihan dalam pandang insan. Dilematis. Orang tua lebih memiliki
kecenderungan mapan secara materi dibanding dengan kemapanan ‘hati’ (ukhrowi).
Sementara, usianya terus bertambah-tambah seiring dengan terus berputarnya
jarum jam. Ingin hati, yang hadir adalah paket lengkap, dua-duanya ada pada si
‘dia’.
Fenomena seperti
ini sering saya temui. Dari beberapa curhatan teman-teman akhwat jofisah tema
ini paling mendominasi. Lalu pertanyaanya, apakah kemudian harus menyerah
begitu saja dengan keadaan?
***
“Tahun depan
usiaku sudah akan memasuki 30 tahun, Bund!, sementara tak satupun tanda-tanda
jodoh akan datang bertamu”. Kalimat itu
terucapkan dengan penuh tekanan dari seseorang muslimah di hadapan saya ini
beberapa menit setelah ianya mengakhiri obrolan tentang masa depan.
Seandainya jodoh itu kayak lihat hilal,
pastilah kita bisa dengan mudah akan bisa melihat tanda-tandanya. Tapi karena
bukan, maka keberadaannya menjadi salah satu rahasia Allah. Disanalah letak keimanan kita diuji. Kelak,
jika memang datang seseorang apakah sebagai seorang muslimah kita akan
memenangkan cinta Allah diatas cinta makhlukNya yang bernama calon imam?
Saatnya
Memantaskan Diri
Memantaskan diri bukan berarti mencari yang pantas untuk kita. Tetapi seberapa pantas kita untuk calon pasangan kita kelak. Meminjam kalimat dari seorang ustadz yang merupakan Founder Klinik Nikah Indonesia, Ustadz Yosi Al Muzanni, beliau menyampaikan bawa kata kunci dalam memantaskan diri ini adalah berkaca dan mengukur kapasitas diri.
Masih menurut beliau, nggak ada salahnya sih kita menginginkan jodoh yang tepat bagi diri kita. Akan tetapi hal ini dinilai kurang bijak. Mengapa? Kebanyakan kegagalan proses penjemputan di antaranya adalah karena kita sebagai personal telah gagal ngaca, mengukur kapasitas diri dengan mematok kriteria tinggi.
Sebenarnya kriteria tinggi yang kita patok itu mudah saja bagi Allah, hanya saja hendaknya sebagai pribadi kita harus mengukur kapasitas diri sehingga kebanyakan akan lebih mudah untuk calon pasangan ini menjadi berjodoh. Jadi hal inilah yang tak jarang membuat para jofisah sebelum action sudah gagal mengukur kapasitas jodohnya.
So, dalam konsep memantaskan diri itu yang kita tuntut untuk perbaiki diri bukan jodoh kita, sebaliknya kitalah yang harus memantaskan diri untuk mendapatkan pasangan terbaik dariNya. Sehingga tidak ada lagi jofisah yang galau bertanya pada diri sendiri sambil nglamun nggak jelas,
Siapa ya jodohku?
Di mana dia sekarang?
Lagi ngapain ya?
Woooiii, bangun woooiii, banguun...sahur...sahuur!
Memantaskan diri bukan berarti mencari yang pantas untuk kita. Tetapi seberapa pantas kita untuk calon pasangan kita kelak. Meminjam kalimat dari seorang ustadz yang merupakan Founder Klinik Nikah Indonesia, Ustadz Yosi Al Muzanni, beliau menyampaikan bawa kata kunci dalam memantaskan diri ini adalah berkaca dan mengukur kapasitas diri.
Masih menurut beliau, nggak ada salahnya sih kita menginginkan jodoh yang tepat bagi diri kita. Akan tetapi hal ini dinilai kurang bijak. Mengapa? Kebanyakan kegagalan proses penjemputan di antaranya adalah karena kita sebagai personal telah gagal ngaca, mengukur kapasitas diri dengan mematok kriteria tinggi.
Sebenarnya kriteria tinggi yang kita patok itu mudah saja bagi Allah, hanya saja hendaknya sebagai pribadi kita harus mengukur kapasitas diri sehingga kebanyakan akan lebih mudah untuk calon pasangan ini menjadi berjodoh. Jadi hal inilah yang tak jarang membuat para jofisah sebelum action sudah gagal mengukur kapasitas jodohnya.
So, dalam konsep memantaskan diri itu yang kita tuntut untuk perbaiki diri bukan jodoh kita, sebaliknya kitalah yang harus memantaskan diri untuk mendapatkan pasangan terbaik dariNya. Sehingga tidak ada lagi jofisah yang galau bertanya pada diri sendiri sambil nglamun nggak jelas,
Siapa ya jodohku?
Di mana dia sekarang?
Lagi ngapain ya?
Woooiii, bangun woooiii, banguun...sahur...sahuur!
Menjemput
Keberkahan
Dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Thabrani, Rasulullah bersabda:
"Ada tiga golongan orang yang berhak ditolong oleh Allah, yakni orang yang berjihad / berperang di jalan Allah, budak yang menebus dirinya dari tuannya, dan pemuda/pemudi yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram". (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
Dari hadits ini jelaslah bahwa tugas kita terutama yang masih single adalah menjaga kesucian diri kita. Hari ini menjaga kesucian menjadi sesuatu yang teramat sulit terutama bagi seorang muslimah. Tetapi bukan tidak mungkin jika kita memiliki azzam yang kuat untuk menjaga kesucian diri hingga tiba saat yang tepat. Karena sesuai yang tersebut dalam hadits tersebut, jika sebagai seorang single kita sudah berusaha menjaga kesucian kita dalam penjemputan dengan memasrahkan semua pada Allah, yakinlah bahwa kita tidak hanya akan ditolong dan diberkahiNya tetapi bisa jadi Allah akan mempercepat jodoh kita.
Keyakinan itu harus terus kita perkuat dengan mendekatkan diri kepada Allah agar hati dan diri kita senantiasa dijaga olehNya. Jangan setelah mambaca tulisan ini tetiba ada watshapp dari si dia yang janji ngajak taarufan tapi janji hanya tinggallah janji eh baper lagi, galau lagi, nagis lagi. Cepat-cepatlah istighfar dan katakan dengan tegas untuk segera mengakhiri hubungan yang kelak akan mengurangi keberkahan dariNya.
Wallahu a'lam bishowab...
Lumajang, 14 Ramadhan 1441H
dalam pinta, semoga Allah karuniakan kebeningan bashirah dari jelaga dosa hingga berkenan memberikan penguat pada diri yang sedang membersamai jofisah menjemput separuh agama di ramadhan kali ini. Laa haula walaa quwwata illah billah, tuntun hamba ya rabb...
Sumber gambar: pinterest
Dalam sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Thabrani, Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang menikah karena yakin kepada Allah bukan yakin kepada kemampuannya sendiri, maka Allah akan tolong dan berkahi."Sementara dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda bahwa,
"Ada tiga golongan orang yang berhak ditolong oleh Allah, yakni orang yang berjihad / berperang di jalan Allah, budak yang menebus dirinya dari tuannya, dan pemuda/pemudi yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram". (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)
Dari hadits ini jelaslah bahwa tugas kita terutama yang masih single adalah menjaga kesucian diri kita. Hari ini menjaga kesucian menjadi sesuatu yang teramat sulit terutama bagi seorang muslimah. Tetapi bukan tidak mungkin jika kita memiliki azzam yang kuat untuk menjaga kesucian diri hingga tiba saat yang tepat. Karena sesuai yang tersebut dalam hadits tersebut, jika sebagai seorang single kita sudah berusaha menjaga kesucian kita dalam penjemputan dengan memasrahkan semua pada Allah, yakinlah bahwa kita tidak hanya akan ditolong dan diberkahiNya tetapi bisa jadi Allah akan mempercepat jodoh kita.
Keyakinan itu harus terus kita perkuat dengan mendekatkan diri kepada Allah agar hati dan diri kita senantiasa dijaga olehNya. Jangan setelah mambaca tulisan ini tetiba ada watshapp dari si dia yang janji ngajak taarufan tapi janji hanya tinggallah janji eh baper lagi, galau lagi, nagis lagi. Cepat-cepatlah istighfar dan katakan dengan tegas untuk segera mengakhiri hubungan yang kelak akan mengurangi keberkahan dariNya.
Wallahu a'lam bishowab...
Lumajang, 14 Ramadhan 1441H
dalam pinta, semoga Allah karuniakan kebeningan bashirah dari jelaga dosa hingga berkenan memberikan penguat pada diri yang sedang membersamai jofisah menjemput separuh agama di ramadhan kali ini. Laa haula walaa quwwata illah billah, tuntun hamba ya rabb...
Sumber gambar: pinterest
#inspirasiramadhan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-7
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-7
0 komentar:
Posting Komentar