Flyer buatan Bara Mahmud angkatan ke-6 SDIT Insan Permata |
Tiada kata indah seindah kata ukhuwah
dalam sebuah jalinan persaudaraan Islam
jalinan yang abadi di sisi Tuhan
berawal dari sebuah pertemuan
Semai tumbuh mekar berbatang serta berdahan
berhiaskan ranting dan rerimbun dedaunan
berbuahkan cinta suci karena Tuhan
damai kalbu sejuk serasa indah dipandang
Rasulullah mengajarkan tentang arti kata cinta
yang harus diuungkapkan pada sahabat atau saudara
dengan kata-kata indah
yang terucap dari lisan
seindah yang terpendam di dalam kalbu
Di sebuah sekolah
SDIT Insan Permata
kutemukan, kurasakan sebuah fenomena cinta
kusadari sepenuhnya
cinta adalah rahmatNya
yang harus dijaga dan dipelihara
Allah kuatkanlah
serta liatkanlah
agar cinta berbuahkan payung-payung perlindungan
Di hari kiamat
di hari tiada
naungan kecuali dengan izinMu
Kunantikan janjuMu
kuberharap padaMu
kuberada di antara tujuh golongan
yang Kau lindungi
Tenpatkanlah diriku
Dudukanlah diriku
Di atas mimbar yang terbuat dari cahayaMu
(Lirik Nasyid Ukhuwah oleh Suara Persaudaraan dengan sedikit penggubahan)
Di awal pembukaan materi langsung meweks |
"Kebahagian terbesar bagi seorang guru ketika melihat anak-anaknya sukses dunia akhirat."-Bunda Novi qoutes.
Melihat mereka bertumbuh, meremaja dan mendewasa membuat saya bersyukur. Nama saya masih diingat dan disisipkan dalam doa-doa mereka adalah sebuah anugerah melebihi dunia seisinya sekalipun.
Lisan-lisan mungil itu, dahulu mengeja huruf demi huruf Alquran. Tangan-tangan kecil itu, dahulu saling berebut mengambil air wudhu. Dan kaki-kaki kecil itu, dahulu berlari-larian dalam ruangan semi permanen yang kami sebut sebagai musholah tempat mereka belajar sholat berjamaah. Allahu...sungguh tak sanggup saya mengeja perasaan bahagia yang sungguh meledak-ledak dalam dada menjadikan langit di atas bangunan semi permanen sebuah sekolah Islam terpadu saat itu menjadi saksi bisu betapa ini adalah laboratorium kami yang sesungguhnya.
Belajar menjadi pendidik yang mau dan mampu menyediakan telinga setiap hari, mengasah kualitas kesabaran hingga berbuah keikhlasan atas waktu dan pengorbanan yang kami dedikasikan dengan hanya mengharap imbalan dari ridho sang pemilik semesta alam.
Sepenggal Kisah di Arumba yang Takkan Terlupa
Di tahun 2005 silam, seorang mahasiwi semester 6 dari sebuah Univesritas Negeri Malang yang sedang menjalani KKN di pekan terakhir mencoba suntuk mencari pengharapan, mengabdi dari sedikit bekal ilmu pengetahuan yang ia peroleh di kampus biru untuk kemudian ia bagi pada tangan-tangan mungil yang berebut menyalami pagi tadi. Sebuah bangunan mirip ruko yang disewa pihak yayasan adalah tempat saya mengajar kemudian. Di sebuah jalan bernama Arumba, dan hampir di sekitarnya nama jalan-jalannya adalah nama alat-alat musik.
Di bagian depan terdapat kantor sekaligus ruang kepala sekolah. Sebelahnya lagi ruang guru putra dan putri yang disekat dengan kayu triplek. Di sebelah kantor, terdapat dapur dan ruang makan dengan berderet kursi-kursi panjang yang terbuat dari kayu untuk tempat duduk anak-anak saat makan siang. Di lantai dua terdapat aula yang difungsikan sebagai musholah untuk sholat berjamah. Tampak kemudian separuhnnya disekat dengan kayu tripek karena akan digunakan untuk ruang kelas 3 di semester depan. Sementara di depan aula terdapat tiga ruangan seukuran kamar berhadapan. Dua difungsikan sebagai perpustakaan dan UKS mungil, satu lagi kamar ustadzah yang diamanahi untuk tinggal di sekolah. Agar tak tampak sebuah kamar, pintu masuk ke ruangan tersebut disekat dengan lemari buku yang cukup besar dengan koleksi-koleksi buku para ustadzah yang lumayan berkualitas terutama buku-buku pendidikan terlihat memenuhi rak buku besar itu. Mengingatnya, memori saya saat ini seolah sedang duduk di sana sambil menikmati buku berjudul Menjadi Guru Profesional tulisan dari Dr. E. Mulyasa, M.Pd yang sangat fenomenal saat itu. Dan dari gedung inilah mimpi kami dimulai, tiap waktu Dhuha kami tengadahkan tangan tinggi-tinggi berharap kelak akan lahir generasi rabbani, penerus estafet dakwah dan risalah para nabi. Sambil terus meluruskan niat agar tak melenceng dari niat dan semangat lillah yang bukan selainNya.
Peletakan Batu Pertama SDIT Insan Permata
Di siang panas itu, di antara tenda para tamu dan undangan, tampak di antanya anak-anak dengan konstum buah-buahan yang akan tampil memberikan pertunjukkan kepada yang hadir. Back soud yang sudah dipersiapkan rupanya salah klik hingga mata-mata polos itu membulat dan panik menuruni panggung sambil berkata, "Salah ya ustadzah?"
Saya yang saat itu berada di pinggir panggung sebagai sutradara sekaligus memegang kendali musik, hanya bisa memberi mereka aba-aba untuk turun dari panggung. Menata anak-anak saat seusia itu tidak mudah, saya harus berlari-lari dan meminta salah satu ustadzah untuk membantu meng-handle keributan yang sejenak tercipta. Meski mereka selalu bisa membuatku tersenyum dengan ending yang luar biasa. Sukses. Dan yang harus dipastikan selanjutnya mereka tetap ceria sambil membawa pulang snack dan air mineral di tangan sebagai hadiah sambil mengacungkan kedua jempol dan berkata, "Terima kasih, kalian tampil hebat hari ini."
Sejak saat itulah SDIT Insan Permata resmi akan berpindah ke Jalan Akordion Utara tak jauh dari Jalan Arumba yang hanya berjarak 200m saja. Kepastian pindah ke tempat baru pun masih harus menunggu proses pembangunan yang tidak sebentar sementara sewa ruko sudah mulai ada di ambang batas. Akhirnya di tahun 2008, SDIT Insan Permata jadi boyongan ke tempat baru yang dirindukan. Sebuah keputusan besar yang diambil untuk kemanfaatan banyak orang, sehingga tidak mengontrak lagi dan resmi menjadi hak milik yayasan. Allahu Akbar! kami ikut menyusupkan kalimat penuh kesyukuran atas semua karunia ini.
WhatsApp dari Seorang Siswi Angkatan ke-6 yang Mengejutkan
Tepat 24 April lalu saya dihubungi oleh saah satu siswi angkatan ke-6 SDIT Insan Permata dengan keperluan ingin meminta saya menjadi pembicara pada acara seminar online yang diinisiasi oleh perkumpulan para alumni. Serasa tak percaya saya langsung bertanya tema, artinya saya mengiyakan tawarannya untuk menjadi pembiacara. Masya Allah, setelah chat yang cukup panjang bertanya kabar. dsb. Saya pun memastikan lagi bahwa saya mengiyakan.
Hingga di suatu siang, di sebuah grup alumni akhwat UM saya mendapati sebuah flyer seminar yang terpampang foto saya di sana. Ya rabb, serasa tak percaya barangkali ini skenario yang sudah Allah atur sedemikian rupa atas perjumpaan saya dengan anak-anak didik saya yang berbilang hitungan banyak tahun tak pernah bersua. Sewindu lebih tepatnya dari terakhir saya akhirnya 'terpaksa' resign dari rumah kedua saya ini, SDIT Insan Permata yang begitu menghati hingga kini.
Seminar Onlie Remaja Produktif yang Sangat Berkesan
Alhamdulillah, lantunan syukur tak berhenti terucap dari lisan. Sore ini saya mendapati wajah-wajah mungil yang tersimpan dalam ingatan sudah berganti rupa menjadi sosok-sosok mujahid dan mujahidah yang patut dibanggakan. Air mata yang sedianya sudah saya tahan untuk tidak tertumpahkan, di awal pembukaan sudah mengalir deras tak terasa.
Allah selalu bisa memberi saya hadiah indah di setiap momen sepuluh hari terakhir ramadhan. Pun kali ini, hadirnya meraka meski hanya bisa saya tatap dari layar datar gawai, tetapi tidak mengurangi kekhidmatan penuh cinta yang saya rasakan. Seminar online rasa reuni untuk pertemua sebuah cinta lama yang tak pernah usai. Malan cinta ini semakin tumbuh, berbunga dan bermekaran, semerbak harumnya mudah-mudahan menjadi washilah untuk kita kelak bereuni di jannahNya yang terindah. Barakallahufiikum anak-anakku, dari kalian ustadzah banyak belajar tentang kehidupan.
Wallahu a'lam bishowab...
Lumajang, 23 Ramadhan 1441H
...dalam untai doa di sepuluh hari terakhir berharap dipertemukan dengan lailatul qadr. Aamiin...
#inspirasiramadhan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-16
0 komentar:
Posting Komentar