MEMBANGUN MINDSET DAN MENTALITAS PENGUSAHA



Imam Asy Syahid Hasan Al Banna mengatakan bahwa, sebuah gagasan/ IDE akan berhasil jika:
1. Ada keimanan yang kuat
2. Ada keikhlasan yang tidak terbatas
3. Ada semangat yang tetus bertambah
4. Ada kesiapan untuk beramal dan berkorban
Yang keempatnya ini adalah KARAKTERISTIK PEMUDA.
Lalu, apa pondasi agar empat hal tersebut menjadi kuat?
Berikut hal-hal yang bisa memperkuat pondasi keempat hal di atas,

1. HATI YANG CERDAS
Pondasi bagi keimanan yang kuat adalah memiliki hati yang cerdas.
Mengapa hati yang cerdas?
Bukankah kecerdasan selalu identik dengan akal?
Saudaraku, tentu saja diletakkannya hati yang cerdas sebagai pondasi yang memperkuat keimanan bukan tanpa sebab. Yang pada umumnya kecerdasan selalu berbanding lurus dengan akal sehat.
Sebaliknya, di sinilah kata kunci yang harus kita tadabburi bersama. Bahwa diletakkannya kecerdasan linear dengan hati itu artinya bahwa hati yang cerdas adalah hati yang mudah menerima sinyal-sinyal (sign) dari Allah.
Hati yang senantiasa bertaqarrub kepada Allah. Dan hati yang mampu membaca ayat-ayat kauniah maupun kauliyahNya.

2. HATI SANUBARI YANG JERNIH
Pondasi yang kedua adalah hati sanubari yang jernih, yang merupakan pondasi bagi keikhlasan yang tak terbatas.
Bagaimana agar kita memiliki hati sanubari yang jernih?
Ya, hati sanubari yang jernih lahir dari RIYADHOH RUHIYAH yang senantiasa kita jalankan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Berikut diantara latihan riyadhoh ruhiyah yang akan melahirkan hati sanubari yang bersih:
1) SABAR
Sabar di sini artinya tidak/ senantiasa menghindarkan diri dari Ghibah, Iri, Hasad, Dengki, dan Ujub.
2) SYUKUR
Senantiasa bersyukur atas segala karunia yang telah Allah limpahkan baik secara dhohir maupun batin
3) RIDHO
Kondisi hati yang lapang dalam menerima segala takdir yang dalam kehidupan, tanpa tapi, tanpa nanti.
Jika 3 hal ini senantiasa kita latih, maka hati nurani yang jernih akan kita peroleh.

3. SENSITIFITAS
Memiliki sensitifitas adalah pondasi untuk membangun semangat yang terus bertambah.
Berdasarkan sejarah, tercatat sebanyak 124. 000 sahabat nabi. 10 ribu diantaranya dimakamkan di Makkah dan Madinah. Sementara sisanya makamnya tersebar di mana-mana, di seluruh dunia.
Apa hikmah dibalik kisah ini? Adakah perintah nabi secara eksplisit meminta kita menyebarkan risalahNya? Dalam artian perintah dakwah itu begitu indah beliau perumpamakan secara implisit lewat sebuah kisah tentang makam para sahabat yang tersebar di seluruh dunia.
Dari sinilah, semangat kita akan terus bertambah dengan sensitifitas taklif pada pundak-pundak kita menjadi seorang dai dimanapun berada.

4. TEKAD PEMUDA
Pondasi keempat yang membangun kesiapan beramal dan berkorban adalah tekad para pemuda (Al Izmul Fatih). Bagaimana sejarah telah mencatat bahwa penaklukan negara-negara di dunia adalah oleh para pemuda.
Dari sinilah hendaknya kita senantiasa memupuk semangat pemuda kita untuk terus beramal dan berkorban.

Wallahu a'lam bishowab....
Disarikan dari materi Abah Iwan (Presiden GenPro) saat mengikuti Pelatihan Kewirausahaan di Hotel Radho Syariah Malang, 14 September 2019

Ditulis dengan segenggam tekad agar terus didekatkan dalam lingkaran dakwah karenaNya di sisa usia yang tak lagi muda.

Lumajang, 8 November 2019






FOKUS


Seringkali manusia hanya fokus pada permasalahan hidup. Sementara lupa pada sang pemberi hidup

Pagi itu, agenda yang sudah dipersiapkan sejak semalam berakhir dengan berantakan.

Dering telepon dari aplikasi watshapp meraung-raung minta segera dijawab. Tertulis sebuah nama yang tentu tak asing lagi bagi saya, karena semalam sudah menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa beliau akan membantu proses pengurusan pajak motor dan ganti plat nomor yang akan berakhir masanya di akhir bulan lalu.

Ada satu persyaratan yang ternyata semalam luput beliau sampaikan, bahwa saya juga harus menyiapkan BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) yang asli.
Bersamaan dengan telepon dimatikan, saya bergegas mencari benda itu kemana-mana: mulai mengacak-acak almari, tumpukan map, tumpukan kardus, laci-laci pun tak luput ikut dibongkar. Sambil terus mengingat-ingat di mana gerangan? Tetapi, hasilnya nihil. Seolah tak sedikitpun memori tentang dimana lokasi penyimpaman BPKB terpanggil.

Telepon pihak-pihak yang pernah bersinggungan dengan benda satu itu, tak satupun tahu. Hanya satu telepon dari tokoh kunci yang masih belum terangkat sejak pagi. Lebih tepatnya karena Hp sang empunya belum aktif sejak pagi. Pikiran saya terus mencoba mengingat-ingat lagi kemana gerangan barang berharga ini? Namun, semakin saya mencoba mengingatnya, semakin tak mendapatkan hasil.

Sudah tiga kali ini saya mengulang mengacak-acak tempat yang sama: almari, tumpukan map, tumpukan kardus dan laci-laci.
Di sela-sela saya terus berusaha mencari terdengar suara salam dari arah depan rumah yang tak asing lagi.

Itu artinya saya harus segera berangkat takziyah ke beberapa tempat setelah kemarin mendapat kabar beberapa sanak kerabat teman meninggal dunia. Sudahlah, bismillah saya melangkah meninggalkan rumah masih dengan perasaan tak lega. Pun saat dalam perjalanan takziyah pikiran saya terus terforsir untuk mengingat-ingat dimanakah gerangan BPKB itu?

Bayangan kemungkinan-kemungkinan terburukpun ikut hadir membersamai. "Jika ternyata bla...bla...bla...maka bla...bla..bla...."
Tapi semoga saja tidak. Demikian terus dialog antara logika dan hati yang tak kunjung bersepakat.


MENJADI TELINGA



Diciptakannya satu mulut dan dua telinga bukan tanpa sebab. Allah sudah menakar semuanya, sedemikian rupa agar kita lebih banyak mendengar daripada bicara.

Berkesampatan 'ngangsuh kaweruh' selama dua hari penuh dalam sebuah even "Pelatihan Konselor Anak dan Remaja"  membuka mata dan telinga saya lebih lebar agar terus belajar menjadi pendengar bagi para generasi penerus masa depan.

Anak dan remaja, di tangan merekalah masa depan bangsa ini akan mereka genggam. Jika tidak mulai sekarang menjadi 'partner' terbaik bagi mereka, saya tak yakin bonus demografi di tahun 2045 akan membawa negeri ini jadi seperti apa nanti.

Kecanduan game, paparan pornografi, pergaulan bebas, narkoba, perilaku seks menyimpang, dan kenakalan-kenakalan di masa anak dan remaja saat ini sudah menjadi rahasia umum menambah deretan PR bagi kita para orang tua.

Saya teringat saat saya pernah mendampingi mentoring kemuslimahan di beberapa SMA di Lumajang. Banyak diantara remaja ini yang ternyata hanya perlu telinga kita untuk mendengar tiap keluh kesah bernuansa protes-protes kecil remaja seusianya yanga sedang dalam proses pencarian jati diri.

Di hujan gerimis, sore itu muslimah berkaca mata minus empat itu singgah di rumah. Parasnya yang elok dengan deretan gigi gingsul menambah manis senyumnya. Sebut saja: Kirana.

Kirana memberondong saya dengan pelukan eratnya, sambil terus tersedu ia mengucap salam dengan lemah. Sore itu adalah sore paling drama dalam hidupnya, mungkin. Karena baru saja diputus oleh pacarnya. Ia tampak kacau, dari bibir mungilnya ia meracau:
"Harusnya aku nggak kasih dia 100% hatiku ya, Bund! Begini ini kalau putus serasa hidupku tak ada artinya..." #eaaa 😁

Masih dalam dekap pelukan saya, iapun terlihat lebih tenang. Pelan saya kemudian melepaskan pelukannya, memberikan segelas teh hangat berharap kondisinya lebih rileks. Alhamdulillah, setelahnya ia banyak berkisah tentang keputusannya memiliki pacar, hingga kemudian harus menerima konsekuensi diputuskan secara sepihak dan mendadak. 😂

Saya membiarkannya terus bercerita tanpa jeda. Hingga di kalimatnya yang terkahir ia berkata: "Aku nggak tau kenapa Allah menuntun langkahku ke sini, padahal aku tau kalau pacaran itu nggak boleh. Tapi, saat itu yang terpikir di benakku cuma bunda. Aku hanya ingin ada yang mendengarku, Bunda!"

Masya Allah, terima kasih ya rabb atas segala kesempatan yang kau beri dari begitu banyak cela diri pun aib-aib yang masih berkenan engkau tutupi.

Menjadi telinga bukan tak memberi, menjadi telinga adalah berempati pada setiap permasalahan hidup yang terjadi ada tiap diri.
Kau cukup sediakan telinga, dengarkan dengan seksama, maka nikmat syukur itu akan tumpah-tumpah seiring dengan tekadmu yang terus membaja untuk membersamai generasi penerus bangsa.

Wallahu a'lam bishowab...

Catatan kecil memaknai hakikat takdir dalam hidup yang selalu punya alur yang sulit tertebak dengan ending yang tak terduga.

Bumi mahameru yang kelabu, 6 November 2019








Total Tayangan Blog


Jejak Karya

Jejak Karya
Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu adalah buku single pertama saya, yang terbit pada tanggal 25 April 2017 tahun lalu. Buku ini diterbitkan oleh QIBLA (imprint BIP Gramedia). Buku ini adalah buku inspiratif dari pengalaman pribadi dan sehari-hari penulis yang dikemas dengan bahasa ringan tapi syarat hikmah. Ramuan susu dan kopi cinta dari hati penulis ini menambah poin plus buku ini sangat layak dibaca bahkan dimiliki.

Bagian Dari

Blogger templates

Blogroll

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *