ÀKU DAN PARTAI DAKWAH 2 (Mbak, Dibayar Berapa?)


Sore itu, suasana lumajang masih sehangat biasanya. Dengan terik mentari yang lebih berani dibandingkan kota Malang. Baru kemarin menapakkan kaki di baiti jannati, basah kuyup tubuh ini hingga berkali-kali mandi lagi-mandi lagi. Begitulah setiap kali saya menghadapi teror cuaca yang sangat ekstrim antara kedua kota ini.

Tapi, kali ini saya tidak sedang akan membahas teror menteror cuaca, temans. Hanya sedikit akan mengulas tentang pesta demokrasi yang sudah menghitung hari...*eh bulan. Lebih spesifiknya sih pada bab kenangan nostalbahagia saya di awal-awal saya mengenal partai ini.

Lagi-lagi, foto kenangan yang telah memudar warnanya menjadi tadzkirah tersendiri. Turun ke jalan, demo dan menyampaikan aspirasi ke gedung dewan adalah aktifiatas tambahan kami selain mengemban amanah dari orang tua untuk belajar di kota tetangga. Tak sedikit yang menyebut kami ditunggai bahkan ejekan receh semacam kami adalah mahasiswa bayaran seringkali membuat telinga kami memerah. Hanya saja, kami lebih memilih menahan diri dan mendoakan mereka agar diberikan hidayah. #eaaa...

Sampai hari ini pun, ocehan receh bernada sama masih terus ada. Hanya bedanya sekarang bukan lagi di dunia nyata. Virus kebencian dan adu domba itu terus dihembuskan di dunia maya bernama social media. Astaghfirullah...

Dan, sore itu dalam suasana syahdu menyambut sang tamu istimewa bulan ramadhan yang ditunggu-tunggu. Seperti biasa kami para kader PKS turun ke jalan untuk mensyiarkan kemuliaan bulan ini bertajuk pawai ramadhan. Dari Lumajang bagian utara, selatan, timur dan barat 'tumpek blek' jadi satu untuk sebuah visi: mensyiarkan Islam di bumi nararya kirana ini. Mereka hadir dengan sukarela dan tanpa imbalan apapun selain hanya mengharap ridhoNya semata.

Sementara, dari arah seberang sana ada yang berteriak dengan lantangnya:

"Mbak...mbak sampeyan dibayar berapa?"

Seketika lengkungan senyum sejatinya  siap berubah menjadi reflek menakutkan seperti "mencep" atau malah tersenyum lebih ramah sambil berkata,

"Alhamdulillah, lebih dari rupiah Pak, in sya Allah kalau ikhlas balasannya surga".


  Wallahu a'lam bishowab...


Kamis manis di Bumi Mahameru, 27 September 2018

TERAPI



"Memasak terkadang menjadi terapi tersendiri pada puncak kepenatan aktifitas harian"

Hari itu, saya sebenarnya rindu aroma dapur dan segala sesuatunya yang akhir-akhir ini tak saya akrabi tersebab alasan klasik: kesibukan.

Jika membaca dan mencium aroma buku adalah semacam candu jika lama tak diakrabi, menulis pun menjadi sesuatu yang seolah harus dilakukan  untuk menumpahkan gunungan permasalahan atau bahkan (mungkin) endapan perasaan yang tak terkatakan lewat lisan.

Tetapi hari itu, seolah saya tak ingin berlama-lama wiridan di depan layar android yang selalu menyala, lepi kesayangan sebagai tempat curhat terasyik, dan buku tempat saya berimajinasi tanpa batas. Bosan. Itu yang saya rasakan. Alhasil, hari itu saya campakkan hal2 yang berbau  bacaan dan tulisan.

Saya melangkah ke dapur, mengamati sekelilingnya. Memulai berbenah, dan menemukan sisa tepung tapioka di bawah meja dapur tergolek tak berdaya. Ting! Cireng!...tetiba di benak saya ingin mengeksekusi sebuah camilan sederhana bernama CIRENG ini.

Ups! Ternyata ketergantungan saya tak terkira pada si samsung J5 2016 (jeniku) yang sdh saya hempaskan sedari tadi di sudut kamar. Etapi, sebentar saja saya googling resep Cireng di sana, selanjutnya. Saya hempaskan lagi dia. Maafkan ya jeniku sayang...hihihi...

Buka lemari, ambil timbangan. Masukkan tepung, masih tersisa 250gram. Lumayanlah, bs jadi satu resep.

Dan..mulailah saya uprek-uprek di dapur. Saya akan bagi resep cireng ala2 saya ya. Tp maafkan jika rasa dan kualitasnya tak sesuai di lidah. Alhamdulillah...aroma tepung tapioka mmenuat saya lebih rileks...(terapi 1)

CIRENG CRISPY HOME MADE ala BUNDA NOVI

Bahan-bahan:
250 gram tepung tapioka
2 siung bawang putih yang sdh dihaluskan atau bs pake bawang putih bubuk jika dirasa lebih praktis dan nggak mau ribet
garam secukupnya
bubuk kaldu secukupnya

Bahan Saus Rujak:
Cabe rawit sesuai selera
Gula pasir secukupnya
Gula merah secukupnya
Asam jawa secukupnya

Cara Membuat Adonan Cireng :

1. Larutkan 2 sendok makan tepung tapioka ke dalam 200ml air tambahkan bawang putih yang sudah dihaluskan, garam dan bubuk kaldu. Di beberapa resep bisa ditambahkan merica, tapi saya memilih tanpa merica

2. Didihkan larutan tepung yang sudah bercampur dengan bumbu tadi di atas api kecil sambil diaduk perlahan

3. Jika larutan sudah menggumpal seperti lem, matikan api

4. Tuang adonan yang mirip lem tado ke dalam tepung tapioka sisanya di tempat terpisah

5. Aduk sampai rata, tidak perlu diuleni. Pokok rata saja. Kemudian bentuk adonan bulat-bulat atau sesuai selera

6. Tata adonan yang telah dibentuk dalam wadah lain. Selanjutnya taruh sebentar kira-kira 3menit dalam freezer

7. Siapkan minyak dalam wajan. Goreng adonan cireng dengan api sedang

Cara Membuat Saus Rujak:

1. Haluskan cabe rawit dan gula
2. Cairkan gula merah dengan menambah sedikit air
3. Masukkan cabe rawit yang sudah dihaluskan pada cairan gula merah, kemudian tambahkan asam jawa sesuai selera

Alhamdulillah...
Taraaa...akhirnya cireng siap dinikmati. Lega, terharu, dan bahagianya saya berhasil buat cireng home made. (terapi lagi kan?)

Tapi, setelah jadi dan 'platting' cirengnya untuk masuk pada sesi pemotretan. Selanjutnya saya selalu males memakan makanan yang saya masak sendiri. Allhasil, saya menunggu korban yang mau mencicipi cireng buatan saya.

Selepas melakukan aktifitas itu semua, saya jadi 'fresh' kembali dan siap untuk memulai rutinitas lagi. Selamat menikmati sajian ciremg crispy home saya ya bundsist dan miksist. Hihihi...


Bumi Mahameru, 27 September 2018



Aku dan Partai Dakwah [Mengenalmu Bagian dari Syukurku]

Hari itu, dengan semangat penuh dan tanpa paksaan kami berangkat menuju titik kumpul di sebuah masjid di jalan veteran, Malang. Masjid Ibnu Sina yang pada masa itu masih dalam proses pembangunan dipenuhi oleh kerumunan masa ber-dresscode hampir semuanya serba putih.

Sejak memasuki pelatarannya, hati saya diliputi perasaan hangat yang tak henti-hentinya menguasai. Bagaimana tidak, tanpa imbalan apapun pagi itu kami siap melakukan kampanye damai turun ke jalan tepatnya di tahun 2004 saat awal-awal partai ini dideklarasikan. Sama, saat foto itu diambil tepat di samping masjid legendaris yang masih menyimpan segala kenangan antara aku dan kamu (PKS) waktu itu.

Melihat kembali potret diri pada saat itu dengan atribut partai yang kami bawa, saya kemudian jadi 'flash back' pada kisah bagaiman saya kemudian jatuh hati dengan partai dakwah ini.

Tahun 2000an saat saya masih kuliah di Jember, adalah titik awal saya bertransformasi menjadi "The New Novi" yang sungguh sangat berbeda 180 derajat dari Novi sebelumnya. Pun saat pulkam orang-orang terdekat merasa sangat asing dengan casing saya sebelumnya serba 'minim' menjadi serba 'lebar'. Efeknya, teman-teman dekat saya menganggap saya tak lagi asyik untuk dijadikan teman main dan diskusi bagi mereka.

Di saat teman-teman dekat saya satu persatu mulai meninggalkan saya, di sinilah justru Allah memberikan ganti teman-teman baru yang jauh lebih men-support dalam proses hijrah saya. lewat sebuah forum pengajian pekanan yang bernama halaqah (liqo') dengan seorang embak-mbak pembimbing yang bernama Murabbi saya merasa menemukan keluarga baru. Saya tidak hanya dibimbing untuk menjadi muslimah sejati, tetapi saya juga merasakan persaudaraan yang lebih dari persaudaraan atas dasar nasab (keturunan). Masya Allah, saya benar-benar merasakan nikmatnya berIslam sekaligus persaudaraan dalam bingkai ukhuwah.

Sayangnya, sebentar saja saya membersamai keluarga baru saya. Qadaruullah, saya harus terminal untuk mempersiapkan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiwa Baru) di tahun ketiga setelah saya menjalani kuliah di kota Jember. Alhamdulillah, halaqah saya bisa saya lanjutkan di tempat kelahiran saya sambil saya mempersiapkan diri untuk mengikuti gelaran SPMB untuk ketiga kalinya. Heu...heu...heu...niat banget waktu itu maunya ngejar jurusan kedokteran, ealah ternyata rizkinya diterima di jurusan kedokteran sastra. Wkwkwkwk...

off the reocord...
Sampai akhirnya di tahun 2002 saya resmi dinyatakan menjadi mahasiswi jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Dari kota inilah saya kemudian melukis pelangi kisah hidup saya dengan mulai mengenal, bergabung dan membersamai partai dakwah ini hingga saat ini. Semoga Allah berikan keIstiqomahan, apapun isu yang menyudutkanmu (PKS) dan ramai diberitakan di media-media lokal maupun nasional tak sedikitpun membuat saya berpaling darimu.  Karena, mengenalmu adalah bagian dari syukurku.

Next...
Aku dan Partai Dakwah 2









Total Tayangan Blog


Jejak Karya

Jejak Karya
Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu adalah buku single pertama saya, yang terbit pada tanggal 25 April 2017 tahun lalu. Buku ini diterbitkan oleh QIBLA (imprint BIP Gramedia). Buku ini adalah buku inspiratif dari pengalaman pribadi dan sehari-hari penulis yang dikemas dengan bahasa ringan tapi syarat hikmah. Ramuan susu dan kopi cinta dari hati penulis ini menambah poin plus buku ini sangat layak dibaca bahkan dimiliki.

Bagian Dari

Blogger templates

Blogroll

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *