Kata orang, tak afdhol jika berkunjung ke Bangil, jika tak menikmati sajian kuliner khasnya. Apa lagi kalau bukan nasi punel.
Baiklah. Saya akan mulai bercerita.
Hari ahad kemarin,saat kami sedang melakukam perjalanan untuk menghadiri acara organisasi kepenulisan di Surabaya, karema kami berangkat dari rumah pukul 03.20 dini hari membuat perut kami merengek-rengek di awal pagi.
Saat melintasi sebuah pasar di daerah Wonoasih, Probolinggo. Romantisme pasar yang baru saja buka, membuat saya tiba-tiba menelan ludah. Membayangkan aroma ketan hangat dengan taburan parutan kelapa dan aroma wangi bubuknya yang menambah selera. Tanpa babibu, saya pun kemudian menyampaiakan keinginan saya untuk menyantap ketan pagi itu. Seketika salah satu teman yang juga menjadi pengemudi mobil taruna yang kami kendarai, menawarkan untuk sarapan nasi punel yang sudah sangat fenomenal. Hanya saja, saya diminta agar sejenak bersabar. Karena nasi punel ini adanya di daerah Bangil, Pasuruan. Demi rasa penasaran yang memuncak kepada nasi punel yang disebut, akhir cerita saya pun menelan kembali dalam-dalam keinginan untuk menyantap sajian ketan di pagi hari. Oke, baiklah kali ini saya akan coba ikut tawarannya.
Sesampainya kami di tkp ada perasaan terkejut menyelimuti meski tak seberapa. Hanya kemudian mulut saya seketika membulat dan hanya bisa berucap, "oh ini?" Selanjutnya, memilih mengamati sajian aneka menu dan lauk pauk pendampingnya. Sambil menunggu penjual yang masih mempersiapkan segala sesuatu, karena warung baru saja dibuka. Tetiba lamunan saya buyar saat mbak penjual bertanya mau makan apa kami bertiga. Spontan kami menjawabnya sama. Hehehe...memang kompak ya, apalagi kalau untuk urusan makanan.
Salah seorang di antara kami yang sudah biasa berkunjung pun kemudian bertanya lauk apa yang akan kami pilih sembari menjelaskan sekilas apa saja pendamping nasi punel selain lauk yang nanti kami pilih. Maklumlah kami berdua memang baru pertama kali berkunjung ke warung nasi punel ini. Jadinya butuh guide untuk menjelaskan pilihan lauk pauk yang kira-kira cocok di lidah dan di dompet kami.
Akhirnya, kami berdua memutuskan melihat penampakan dari nasi punel yang dimaksud. Jelas saja. Setelah kami tahu penampakannya yang ternyata tak sekedar nasi 'nyel' (saja) sebaliknya (bisa dilihat penampakannya di foto yang tertera).
Ya, jadi nasi punel itu nasi putih yang dicetak mirip tumpeng mini gitu, dihidangkan di atas piring yang sebelumnya diberi alas daun. Di atasnya ditaburi serundeng (kelapa yang telah diparut, diberi bumbu, dan dikeringkan dengan cara digoreng), ditambah sayur rebung bumbu kuning, ditambah potongan kikil, tahu bumbu bali, mendhol mini (olahan tempe yang dibentuk bulat-bulat setelah dihancurkan dan dibumbui), bothok kelapa parut yang dengan gula merah, ditambah sambel yang puedesnya endes dilengkapi rajangan lalapan kacang panjang (seperti pada olahan makanan sayur terancam orang Jawa menyebutnya demikian).
Melihat penampakannya yang full lauk itu, akhirnya terpilihlah sate telur puyuh sebagai lauk pelengkap dan cukup satu tusuk saja. Kuatir, jika tidak sesuai di lidah saya, nanti malah mubadzir ndak habis kemakan semuanya. Kan jadinya sayang.
Dan...setelah menyantapnya apa pendapat saya tentang kuliner khas Bangil ini?
Pertama, nasi punel ini memiliki citarasa yang cenderung manis. Bagi kalian penyuka masakan manis pasti cocok di lidah kalian.
Kedua, nasi punel ini memiliki bumbu yang sangat kuat. Terutama di pada kuah kuning sayur rebung, cita rasa kunyit saya rasakan sangat kuat terasa di lidah saya.
Ketiga, dengan lauk pendamping yang sudah legkap sebenarnya meski tanpa menambah dengan lauk pendamping lagi menurut saya sudah sangat cukup pas dengan takaran nasi satu porsinya.
Untuk harga? Nah, karena kemarin ternyata saya ditraktir, jadi saya malu bertanya berapa harga nasi punel itu sebenarnya.
So, untuk kalian pecinta kuliner dengan cita rasa makasan yang cenderung manis? Nasi punel khas Bangil dari warung Setia Budi ini layak untuk di coba. Informasi tentang apa itu nasi punel, bagaimana memasaknya, dll. Bisa kamu dapatlan di blog yang lain. Karena banyak sekali blog yang mereview tentang nasi punel ini.
Ingat bangil, pasti nasi punel setia budi.
Lmj, 29 Januari 2018
Mencicipi Nasi Punel, Kuliner Khas Bangil
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Total Tayangan Blog
Menu
Archive Blog
-
▼
2018
(67)
-
▼
Januari
(47)
- Memasak Kapurung dengan Resep Cinta
- Panggil Aku Yudi (Sebuah Refleksi tentang LGBT)
- Sandal Jepit
- Rumah Baca Pelangi (Rumah Berbagi Manfaat dan Inpi...
- Mencicipi Nasi Punel, Kuliner Khas Bangil
- Semangat Baru Dakwah bil Qalam dalam Mukerwil 1 FL...
- 4 Kunci Agar Wanita Masuk Surga
- Tentang Nol Rupiah 2
- Meretas Jalan (Cinta) di Bumi Borneo
- Tentang Nol Rupiah
- Jeju Aloe Vera Shooting Gel yang Kekinian
- Keangkuhan Bintang
- Allah Sebaik-baik Pembuat Skenario Kehidupan
- Minyak But But Sahabat Perjalanku (Bonus Resep Seh...
- Cinta Sang Pejuang Pena
- Khusyu'
- Jodoh Surgaku
- Perempuan dalam Pesawat
- Masa Kecil
- Kekuatan Doa Seorang Mbak Murabbi
- Hujan dan Tahwa (with Special Resep Tahwa)
- Merdeka! (dari) Tumo
- Terapi Cinta untuk Ananda Teristimewa
- Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu [Memaknai Hakika...
- Pulang
- Tersenyumlah, Cinta
- Hijrah
- Tentang Usia
- Hijrah 2
- Balqis Voice
- Cinta Ayah dan Refleksi Muwashofat Kader
- Doa dan Rindu dalam Kecap Model Ikan Palembang
- Aku dan Kisah Tunjuk Jari
- Mahasiswa U(G)M
- Air Terjun
- Gemuk
- Refleksi Ayunan Hati
- Coklat dan Stres
- Mimpi ke Masjid Jogokariyan
- Cita-cita (Kids Zaman Old)
- Pernikahan Itu...
- Mengintip Hujan
- Sajak Separuh
- GAPURA
- Penikmat Pagi
- Pada LautMu dan Tongkat Musa
- Tak Kenal, Maka Ta'aruf...
-
▼
Januari
(47)
Blog Archive
-
2018
(67)
- Oktober (1)
- September (3)
- Juli (1)
- April (1)
- Februari (14)
-
Januari
(47)
- Memasak Kapurung dengan Resep Cinta
- Panggil Aku Yudi (Sebuah Refleksi tentang LGBT)
- Sandal Jepit
- Rumah Baca Pelangi (Rumah Berbagi Manfaat dan Inpi...
- Mencicipi Nasi Punel, Kuliner Khas Bangil
- Semangat Baru Dakwah bil Qalam dalam Mukerwil 1 FL...
- 4 Kunci Agar Wanita Masuk Surga
- Tentang Nol Rupiah 2
- Meretas Jalan (Cinta) di Bumi Borneo
- Tentang Nol Rupiah
- Jeju Aloe Vera Shooting Gel yang Kekinian
- Keangkuhan Bintang
- Allah Sebaik-baik Pembuat Skenario Kehidupan
- Minyak But But Sahabat Perjalanku (Bonus Resep Seh...
- Cinta Sang Pejuang Pena
- Khusyu'
- Jodoh Surgaku
- Perempuan dalam Pesawat
- Masa Kecil
- Kekuatan Doa Seorang Mbak Murabbi
- Hujan dan Tahwa (with Special Resep Tahwa)
- Merdeka! (dari) Tumo
- Terapi Cinta untuk Ananda Teristimewa
- Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu [Memaknai Hakika...
- Pulang
- Tersenyumlah, Cinta
- Hijrah
- Tentang Usia
- Hijrah 2
- Balqis Voice
- Cinta Ayah dan Refleksi Muwashofat Kader
- Doa dan Rindu dalam Kecap Model Ikan Palembang
- Aku dan Kisah Tunjuk Jari
- Mahasiswa U(G)M
- Air Terjun
- Gemuk
- Refleksi Ayunan Hati
- Coklat dan Stres
- Mimpi ke Masjid Jogokariyan
- Cita-cita (Kids Zaman Old)
- Pernikahan Itu...
- Mengintip Hujan
- Sajak Separuh
- GAPURA
- Penikmat Pagi
- Pada LautMu dan Tongkat Musa
- Tak Kenal, Maka Ta'aruf...
0 komentar:
Posting Komentar