Bagi sebagian orang, tunjuk jari adalah perkara mudah. Sebaliknya bagiku, tunjuk jari adalah perkara pertarungan antara ego diri dan realitas yang harus dihadapi dengan berjuta nyali.
Rendah diri (emang kenyataannya sih 😅) adalah sebuah penyakit yang butuh energi untuk dibasmi. Kala itu, 3D (duduk, diam, dan dengar) tanpa partisipasi adalah pilihan aman.
Tak ada yang mencibir, memprasangkai, bahkan mengkritik sekalipun. Aman terkendali. Tetapi diriku kemudian menjadi manusia yang paling takut dengan konflik. Memilih diam dalam 'comfort zone' agar tak banyak menjadi sorotan.
Hingga tarbiyah itu hadir menyirami diri, memupuk dan menumbuhkan keberanian untuk tak sekedar tunjuk jari tetapi dalam rangka 'wa tawa shoubil haq wa tawa shoubisshobr'. Mengembalikan niatan tunjuk jari hanya karena ingin menggapai ridho ilahi rabbi.
Bismillah...laa haula walaa quwwata illah billah, aku pun mulai tunjuk jari bukan hanya untuk eksistensi diri sebaliknya merasa diri fakir dan tak berarti perlu bimbingan dari orang-orang terkasih. Pun berupaya untuk senantiasa mengembalikan niat suci tak menunjuk jari atas kesalahan sesama, tetapi lebih pada instrospeksi diri.
Semangat tunjuk jari! ☝
Wallahu a'lam bishowab
#writingtraveler#lumajangsae#ilikelumajang#lumajang2017#beachbambang
0 komentar:
Posting Komentar